TARJOGJA.COM, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian JN.1 sebagai ‘Variant of Interest’. Diketahui, varian ini telah memicu kenaikan kasus COVID-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia dan Singapura.
Dikutip dari Reuters, ahli virologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, Andrew Pekosz, menyebut meskipun memicu kenaikan kasus, varian JN.1 tidak memicu risiko gejala berat pada pasien COVID-19.
Sejauh ini varian JN.1 terpantau berisiko rendah terhadap manusia. Vaksin yang tersedia saat ini juga bisa memberikan perlindungan yang baik terhadap kasus infeksi JN.1. Hingga kini juga tidak ada laporan pasien mengalami gejala berat atau meninggal dunia akibat infeksi varian ini.
Dikutip dari USA Today, JN.1 berasal dari substrain keluarga varian Omicron BA.2.86, atau Pirola. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan, varian JN.1 pertama kali terdeteksi pada September tahun ini dan sejauh ini telah tercatat di 12 negara.
Meski memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat dibandingkan varian Corona yang menyebar sebelumnya, tidak ada bukti bahwa JN.1 menyebabkan penyakit yang lebih serius atau memiliki gejala yang berbeda secara signifikan.
Menurut CDC, gejala varian ini bisa tertukar dengan penyakit lain yang seringkali muncul saat musim dingin seperti flu, pilek, atau infeksi saluran pernapasan. Gejala COVID-19 dengan infeksi varian JN.1 COVID-19 meliputi:
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Demam
- Perubahan atau hilangnya rasa atau bau
- Kemacetan dan pilek
- Kelelahan
- ‘Brain fog’
- Sesak napas
- Gejala gastrointestinal (sakit perut, diare ringan)
Baca juga : Star Insight November 2023
Comments