STARJOGJA.COM, HEALTH -Penyakit gondok dan gondongan sering dianggap sebagai kondisi yang sama. Sekilas kedua penyakit ini memang memiliki kemiripan, selain pada nama, gejala penyakit gondok dan gondongan pun serupa.
Kedua penyakit ini menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar di sekitar leher. Namun ternyata, gondok dan gondongan adalah penyakit yang sangat berbeda.
Gondongan dapat menyebabkan komplikasi yang dengan mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau air liur yang keluar mulut atau hidung, serta media perantara. Namun, dapat dicegah dengan cara memberikan imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada anak-anak, serta perlu segera diatasi dengan diperiksakan ke dokter jika muncul gejalanya.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Pertiwi Febriana Chandrawati mengatakan, gondongan atau dikenal juga sebagai parotitis atau mumps, adalah kondisi di mana kelenjar ludah di sisi wajah (kelenjar parotis) mengalami peradangan akibat infeksi virus. Gejalanya meliputi pembengkakan di sekitar telinga atau leher, baik di satu sisi maupun kedua sisi wajah. Penyakit ini menular dan umumnya menyerang anak-anak berusia 5 hingga 9 tahun.
Dia mengatakan bahwa gondongan berbeda dengan gondok. Meskipun memiliki nama yang mirip dengan ciri-ciri benjolan berada di area leher, tetapi keduanya berbeda.
“Gondongan ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis atau pembengkakan di bawah telinga sehingga benjolan berada di sisi leher, bisa di kiri, kanan, atau keduanya dan ini disebabkan oleh infeksi. Sementara itu, gondok atau goiter disebabkan oleh pembesaran kelenjar tiroid atau pertumbuhan sel abnormal di kelenjar tersebut, dengan benjolan terletak di bagian tengah leher,” ujarnya, Sabtu (25/5/2024).
Dia menjelaskan, gondongan disebabkan virus dari golongan paramyxovirus. Virus tersebut dapat dengan mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau air liur yang keluar mulut atau hidung.
Penyebaran virus gondongan juga bisa terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara. Misalnya, saat kamu menggunakan peralatan makan yang sama dengan pengidap gondongan.
Selain itu, kata dia, apabila pengidap gondongan menyentuh mulut atau hidungnya, lalu tangan mereka yang telah terkontaminasi virus memegang meja makan, orang berikutnya yang berikutnya memegang meja makan tersebut juga berisiko tertular.
Saat terinfeksi, virus gondongan akan masuk ke saluran pernapasan melalui hidung, mulut atau tenggorokan. Kemudian, virus bergerak menuju kelenjar parotis untuk menetap, berkembang biak, dan berinkubasi selama 2 hingga 3 minggu.
Adapun, gejala yang muncul setelah terinfeksi virus ini, antara lain pipi bengkak bisa hanya satu sisi atau kedua sisi akibat pembengkakan kelenjar parotis, nyeri saat mengunyah atau menelan makanan, demam hingga 39°, mulut kering, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri perut, mudah lelah hingga hilang nafsu makan.
“Namun, gejala penderita gondongan dapat lebih ringan seperti menyerupai gejala pilek saja. Beberapa penderita bahkan tidak mengalami gejala apapun namun ternyata mereka terkena penyakit gondongan,” jelasnya.
Jika gondongan tidak segera diatasi maka akan banyak komplikasi yang akan terjadi. Jadi saat tubuh merasa muncul gejala awal seperti mata merah, leher terasa kaku, sakit kepala hebat,rasa kantuk yang sangat berat, kesadaran menurun atau pingsan dan muntah, segera periksa ke dokter adalah keharusan.
“Komplikasi yang bisa terjadi yaitu radang testis [orchitis], bisa mengakibatkan kemandulan saat dewasa, radang kelenjar payudara [mastitis], pembengkakan indung telur atau ovarium [ooforitis], radang selaput otak dan saraf tulang belakang [meningitis], radang otak [ensefalitis], pankreatitis akut. Pada beberapa penderita, gondongan juga dapat menyebabkan tuli, gangguan jantung, dan keguguran, tetapi komplikasi tersebut sangat jarang terjadi,” ucapnya.
Dosen yang akrab disapa Nana tersebut berbagi cara bagaimana cara mencegah penyakit ini, yaitu dengan cara memberikan imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada anak-anak.
Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit campak, gondongan, dan rubella. Vaksin ini perlu diberikan pada anak sebanyak dua kali, yaitu saat anak berusia 15 bulan dan saat anak berusia 5–7 tahun. Namun, jika imunisasi pertama belum sempat dilakukan saat usia 15 bulan, vaksin pertama masih dapat diberikan hingga anak berusia 3 tahun.
Comments