Flash InfoHealthKota JogjaNews

Kasus DBD Meningkat! Apa yang Dikatakan Dokter Anak?

0
Cuaca Ekstrem waspada DBD
Nyamuk DBD (Antara)

STARJOGJA.COM, JOGJA – Dalam beberapa waktu terakhir, kasus DBD meningkat. Walaupun dikenal sering terjadi saat musim hujan, penyakit DBD sebenarnya bisa terjadi di sepanjang tahun.

Hal tersebut disebabkan oleh kondisi telur-telur dari nyamuk aedes aegypti masih mampu bertahan hidup di cuaca panas, kemudian menetas setelah turun hujan. 

dr.Eggi Arguni, M.Sc., PhD, Pusat Kedokteran Tropis UGM mengatakan penyakit DBD berasal dari virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti sebagai vektor utama. Maka dari itu, penyakit DBD menjadi sangat mudah menular kepada orang lain. 

“Infeksi dengue ini disebabkan oleh virus bukan nyamuk, kalau nyamuk itu vektor perantara yang mentransmisikan virus dari satu manusia ke manusia lain. Jadi, kalau seorang manusia terinfeksi virus dengue kemudian digigit oleh nyamuk tersebut, maka nyamuk tersebut akan menggigit orang sehat yang lain”, ujar dr. Eggi kepada Star FM. 

Gejala utama penyakit DBD pada orang dewasa maupun anak-anak meliputi demam, nyeri otot, nyeri kepala, nyeri dibelakang bola mata, tanda pendarahan seperti mimisan, gusi berdarah, kalau sudah lebih berat ada bintik bintik merah karena trombosit rendah. Virus dengue akan bekerja lima sampai tujuh hari dalam tubuh sebelum akhirnya menjadi penyakit DBD.

Penyakit DBD ini juga dapat menjangkit seseorang secara berkali-kali. Hal ini terjadi karena virus dengue memiliki empat jenis serotipe. Kemudian, didukung oleh faktor tidak semua orang memiliki imunitas terhadap semua jenis serotipe tersebut. 

“Virus dengue ini terdiri dari empat serotipe, ada DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Jika salah satu virus ini menginfeksi seseorang, maka orang tersebut mungkin akan punya imunitas atau kekebalan terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak terhadap serotipe virus yang lain”, jelas dr. Eggi kepada Star Lovers. 

Setiap orang yang terjangkit DBD setidaknya akan mengalami tiga fase yang terdiri dari fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Namun, bagi seseorang yang tidak mengalami gejala berat, ia tidak akan melewati fase kritis yang ditandai dengan suhu tubuh yang menurun, trombosit rendah, hingga muntah. 

Pada beberapa kasus, penyakit DBD terkadang telat untuk dikenali. Kondisi tersebut dikenali saat pengidap memasuki fase kritis yang gejalanya berubah menjadi lebih berat dan terjadi tanda shock yakni, collapse dalam pembuluh darah sehingga tidak dapat mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh.

“Shock itu adalah kondisi cairan darah dalam pembuluh darah merembes keluar sehingga collapse, sehingga darah tidak bisa mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Kita akan melihat pasien lemas, kejang, penurunan kesadaran, dan baru dibawa ke dokter. Kalau sudah seperti itu penanganannya akan lebih berat dan kemungkinan selamat lebih kecil”, tutur dr. Eggi. 

Baik dewasa maupun anak-anak memiliki kecenderungan untuk terkena penyakit DBD. Namun, memang pada dasarnya anak-anak dikenal lebih memiliki kecenderungan yang lebih besar karena imun tubuhnya yang belum sempurna. 

Penulis : Rossa Deninta

Nongkrong Asyik di Angkringan Bang Jamal & Coffee Batas Kota

Previous article

Jurnal Haji 2024 : Hingga Kamis 25 Calon Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info