JogjaKUNewsSejarah

Mengenal Beragam Vegetasi Berfilosofi di Keraton

0
Vegetasi di Keraton Yogyakarta

STARJOGJA. COM, JOGJA – Kehidupan Keraton tak terlepas dari keberadaan vegetasi yang memiliki makna, fungsi, dan perannya tersendiri. Penanaman vegetasi yang setidaknya terdiri dari sepuluh variasi ini juga bertujuan untuk mendukung filosofi “Sangkan Paraning Dumadi”. 

Ada beberapa contoh vegetasi yang memiliki hubungan holistik secara langsung dengan keraton seperti pohon beringin, pohon asam jawa, dan pohon tanjung. Pohon tersebut juga diantaranya memiliki peran sebagai penanda akan wilayah keberadaan para bangsawan.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut beberapa ragam vegetasi di Keraton, diantaranya : 

Pohon Beringin (Ficus Benjamina)

Pohon yang terkenal dengan akar gantung dan daunnya yang rimbun membuat tak sedikit masyarakat menganggapnya menyeramkan. Hal ini sebenarnya dibawa dari masyarakat Indonesia yang awalnya menjadikan pohon beringin sebagai simbol kehidupan serta tempat roh bersemayam. 

Pohon beringin pada akhirnya ditempatkan oleh pihak Keraton pada tempat-tempat yang dianggap suci seperti alun-alun dan pemakaman. Terdapat dua jenis pohon beringin yang ditanam yakni,  pohon beringin yang sering kali dijumpai (Ficus Benjamina) dan pohon beringin preh (Ficus Preh). 

Makna pohon beringin di kehidupan Keraton sendiri adalah Sultan yang akan memberikan pengayoman terhadap masyarakat. Selain itu, pohon beringin memiliki tujuh keistimewaan yang digunakan sebagai representasi seorang pemimpin seperti kuat, mudah beradaptasi, penopang, pengayom, bermanfaat, terus bertumbuh, dan bersinergi. 

Saat ini, pohon beringin memiliki peran sebagai sumber makanan utama bagi satwa pemakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitarnya. Kemudian, akarnya yang besar dan kokoh berfungsi untuk menyerap air hujan secara lebih efektif dan daunnya mampu menghasilkan oksigen yang melimpah. 

Pohon Gayam (Inocarpus Fagifer)

Kata gayam dalam tanaman ini diambil dari kata dasar bahasa Jawa “nggayuh” yang berarti meraih sesuatu. Arti tersebut menjadikan pohon gayam sebagai simbol bahwa manusia harus memiliki keinginan untuk mencapai keutamaan dalam hidupnya. 

Pada ranah kepemimpinan Sultan di Keraton, pohon gayam berperan sebagai simbol pemberian keteduhan masyarakatnya yang hidup rukun dan tentram. Pohon ini ditanam oleh pihak Keraton di beberapa titik seperti Malioboro, sepanjang Tugu Golong Gilig hingga Titik Nol Yogyakarta, dan Jl. Marga Utama. 

Pohon Jambu Klampok Arum (Syzygium Jambos)

Secara tampilan, pohon ini memiliki bentuk yang masih serupa dengan pohon jambu pada umumnya. Ketinggiannya dapat mencapai hingga 12 meter. Sebagai salah satu pohon yang tumbuh di musim tropis, nama klampok arum sendiri diambil dari aroma buahnya yang wangi dan sedap. 

Selain buahnya, pohon jambu klampok arum memiliki dedaunan yang dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial yang kerap digunakan sebagai bahan utama parfum. Pohon ini juga memiliki beberapa bagian yang sangat bermanfaat seperti digunakan sebagai kayu konstruksi hingga pewarna. 

Pada kehidupan kerajaan di Keraton, pohon jambu klampok arum menjadi simbol bahwa Sultan harus mengucapkan sesuatu yang harum atau dianggap sebagai suatu hal yang baik dan bijaksana. Pohon ini dapat ditemui di kompleks Srimanganti. 

Pohon Keben (Barringtonia Asiatica)

Pohon yang berperan sebagai penyusun vegetasi pesisir di tanah yang berpasir ini memiliki persebaran di Samudra Hindia dan Pasifik Barat. Uniknya, pohon ini menghasilkan buah yang kulitnya memiliki lapisan serabut sehingga dapat mengapung dan menyebar melalui air.

Pohon keben dianggap dapat digunakan sebagai beberapa simbol seperti keagungan, kebersihan, dan kebenaran. Tak hanya itu, masyarakat pun memaknai pohon keben sebagai tangkeb-en (menutup) atau hangrukebi (melindungi), artinya menutupi diri dari segala hawa nafsu. 

Salah satu lokasi penanaman pohon keben ada di halaman Masjid Gedhe Kauman yang masih menjadi bagian kompleks Keraton. Hal ini dilakukan sebagai wujud terima kasih atas jasa pohon keben. Menurut sejarah, pohon ini dulunya pernah digunakan pangeran Mangkubumi untuk berlindung dan tidak ada satu pun buahnya yang jatuh menimpa putra-putri serta senap pengikutnya. 

Sumber : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Penulis : Rossa Deninta 

Pemerintah Arab Saudi Luncurkan Dompet Digital Layanan Jamaah Umrah dan Haji

Previous article

Grand Rohan Jogja Kembali Hadirkan Promo Menarik di Bulan Juni

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU