STARJOGJA.COM, JOGJA – Stunting, kondisi dimana anak-anak mengalami kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan mereka terhambat, telah menjadi perhatian serius di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Sleman.
Ketua Tim Kerja Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Sleman, Samsu Eko Suhartono menjelaskan bahwa angka stunting di Kabupaten Sleman pada tahun 2023 mencapai 12,5%, menurun dari 15% pada tahun sebelumnya.
“Dari hasil survey Kesehatan Indonesia (SKI)kita di angka 12,5 jadi penurunannya kalau dibanding tahun kemarin kita di angka 15, kita bisa turun menjadi 12,5 ini penurunan yang sangat luar biasa” ungkap Samsu Eka Suhartono.
Angka ini merupakan yang terendah di DIY. Selain itu, berdasarkan survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan angka EPPBGM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), Kabupaten Sleman menunjukkan kemajuan signifikan, dimana angka EPPWGM mencapai 4,51%, yang menurut standar sudah dianggap nol karena berada di bawah angka 5%.
Untuk menekan angka stunting lebih lanjut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman melakukan berbagai intervensi, baik spesifik maupun sensitif. Intervensi spesifik yang merupakan bagian dari kesehatan menyumbang 30%, sedangkan intervensi sensitif yang melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya menyumbang 70%. Keterlibatan berbagai pihak termasuk Bupati dan Wakil Bupati hingga tingkat Kapanewon sangat penting dalam upaya ini.
Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah kesiapan tenaga kesehatan (nakes). Semua nutrisionis di Kabupaten Sleman telah dilatih dalam pengukuran stunting. Selain itu, berbagai tenaga kesehatan lainnya seperti bidan, dokter, perawat, psikolog, dan tenaga kesehatan lingkungan juga turut dilibatkan. Kabupaten Sleman memiliki jaringan yang kuat untuk penanganan stunting, termasuk rujukan ke dokter spesialis anak bila diperlukan.
Salah satu program inovatif yang diadopsi adalah “Gerdusi Penting” (Gerakan Terpadu untuk Mengatasi Stunting). Program ini diluncurkan pada 13 Mei 2024 dan melibatkan seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman. Kegiatan dalam program ini termasuk penimbangan dan pengukuran serentak di posyandu, serta peluncuran kegiatan ILP (Informasi Layangan Publik). Alat pengukuran yang digunakan di posyandu juga telah distandardisasi dan terkalibrasi, termasuk alat ukur tinggi badan, panjang badan, dan timbangan digital.
Cahyaningtyas Triwirinarni, Nutricionis Puskesmas Pakem Sleman menjelaskan salah satu tantangan utama adalah tingginya angka anemia pada ibu hamil dan masalah kekurangan energi kronis (KEK). Di Pakem, angka anemia dan KEK masing-masing cukup tinggi, dengan bayi lahir kurang dari 48 cm mencapai 23%, dan bayi dengan berat badan lahir rendah hampir 5%.
” Untuk mengatasi masalah ini, berbagai edukasi dan intervensi dilakukan, termasuk gerakan cegah stunting “ABCDE” yang mencakup aktif minum tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali, cukup konsumsi protein hewani, aktif ke posyandu, dan pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan,” katanya.
Kesadaran gizi seimbang dan pola asuh yang baik merupakan kunci untuk mencegah stunting. Bapak Samsu Eko menekankan bahwa meskipun angka kemiskinan di Sleman rendah, masalah utama adalah pola makan dan pola asuh.
Oleh karena itu, edukasi kepada orang tua dan keterlibatan psikolog untuk mengatasi masalah anak susah makan sangat penting.
“Pola makan dan asuh yang baik akan menentukan masa depan anak-anak kita,” tegas Bapak Samsu Eko.
Melalui kerjasama yang erat antara berbagai pihak dan program-program inovatif seperti Gerdusi Penting, Kabupaten Sleman optimis dapat menurunkan angka stunting lebih lanjut dan memastikan anak-anak mereka tumbuh sehat dan optimal.
Dengan upaya yang terus menerus dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, Kabupaten Sleman berkomitmen untuk menciptakan generasi yang bebas dari stunting dan siap bersaing di masa depan.
Penulis : Joyceline Munthe
Comments