STARJOGJA.COM,INFO – Suasana jelang kemerdekaan juga terasa di Washington DC. Dua mantan anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) atau purna paskibraka dari Merauke – Papua Selatan, dan Tomohon – Sulawesi Utara ikut melatih tim Paskibra di Washington DC, Amerika, tahun ini.
Kendala format dan masa latihan yang singkat, cuaca yang luar biasa panas, dan bahkan bahasa, tak menyurutkan tekad mereka menebar dan memperkuat rasa cinta tanah air.
Setelah latihan intensif setiap hari Selasa dan Jumat, selama lima minggu, sejak awal Juli lalu, 16 anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di Washington DC dinilai telah siap untuk melaksanakan tugas mereka pada tanggal 17 Agustus nanti. Paskibra yang berusia antara 14-17 tahun ini terdiri dari delapan laki-laki dan delapan perempuan, yang empat di antaranya berjilbab. Dua Purna Paskibra Latih Tim di Washington DC
Kesiapan mereka untuk menjalankan tugas tidak lepas dari peran tiga pelatih mereka dari kantor Atase Pertahanan KBRI Washington DC dan dua mantan Paskibra dari Indonesia – atau biasa disebut sebagai Purna Paskibra – yaitu Joaena Wattimena dari Merauke, Papua Selatan, dan Priscilla Wondal dari Tomohon, Sulawesi Utara. Keduanya adalah mahasiswi tahun terakhir di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, yang sedang magang di KBRI Washington DC.
Diwawancarai VOA melalui telpon, Joaena – yang menjadi Paskibraka di Merauke tahun 2016 – mengatakan sangat senang berkesempatan ikut melatih “adik tingkat,” demikian sebutan yang biasa digunakan dalam Paskibra dan sangat terharu.
“Kita dipercayakan dari Indonesia untuk melatih teman-teman di sini, meski mereka sudah sejak lahir atau dibawa orang tuanya sejak kecil ke Amerika dan sudah terbentuk karakternya, kini kita harus melatih mereka baris-berbaris, menghormati bendera merah putih dan tahu arti penting bendera kita, membuat mereka memahami bahwa apa yang dilakukan adalah suatu misi besar – menaikkan dan menurunkan bendera merah putih saat peringatan Hari Kemerdekaan – momentum yang tidak dimiliki semua orang.”
Melatih 16 anak Indonesia yang sejak kecil dibesarkan di Amerika, atau bahkan lahir di Amerika, dalam waktu singkat, bukan pekerjaan mudah. Dua Purna Paskibra Latih Tim di Washington DC
Priscilla, Purna Paskibraka dari Tomohon tahun 2019, yang oleh “anak asuh” di DC dikenal sebagai “Kak Prisil” merasakan betul hal ini.
“Jika dibandingkan dengan pelatihan yang kami pernah jalani dulu, tantangan paling utama yang kami hadapi di sini adalah bahasa. Rasanya gemes ada, gregetan ada, tapi bangga juga ada. Gemes karena mereka anak Indonesia, tapi karena dibesarkan di sini jadi tidak bisa berbahasa Indonesia. Bagusnya mereka mau bertanya, nanya-nanya terus malah. Mereka ingin tahu, jadi setelah latihan pun mereka mendatangi saya, bertanya ini benar gak kak, apa yang harus diperbaiki.”
Pendekatan Personal Satukan Hati
Joaena mengatakan pendekatan personal terbukti berhasil mencairkan suasana dan menimbulkan kehangatan di antara anak muda beda generasi dan beda budaya yang berasal dari satu akar rumput ini.
Comments