STARJOGJA, JOGJA – Menutup 2017, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY menilai kinerja perekonomian DIY sangat baik, dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 5,1%-5,5%. Hal ini memicu optimisme pada perekonomian mendatang.
Kepala KPw BI DIY Budi Hanoto dalam rilisnya mengatakan, kinerja perekonomian ini disertai dengan kondisi inflasi DIY yang tetap terkendali pada kisaran 4±1%. Melihat kedua indikator tersebut, BI memandang perekonomian DIY pada 2018 tetap optimistis dan prospektif. Hal ini didasarkan tren sumber-sumber pertumbuhan ekonomi DIY yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi, seiring dengan penguatan momentum perekonomian global dan nasional.
Sejumlah alasan melihat optimisme dan prospek perekonomian tersebut yakni, pertama, inflasi DIY relatif terkendali. Dalam beberapa kurun waktu, inflasi DIY selalu bergerak di bawah nasional dengan level relatif rendah dan stabil. Inflasi yang berhasil dipertahankan pada level sekitar 3,5% sangat bagus dan cukup kompetitif dibandingkan dengan provinsi lainnya.
“Rendah dan stabilnya inflasi akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk berkonsumsi dan memudahkan kalkulasi rencana bisnis dan investasi di sejumlah sektor ekonomi,” ungkap dia dalam rilis yang diterima Radio Star Jogja, Jumat (29/12/2017).
Kedua, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi DIY menggambarkan komposisi yang lebih kuat dan seimbang dengan dukungan industri mikro, kecil, dan menengah yang memiliki daya serap tenaga kerja lebih tinggi. Walaupun mengalami keterbatasan lahan, tetapi daya kreativitas dan penciptaan value added baru yang bersumber dari majunya pariwisata di DIY akan memberi efek tular pada sektor-sektor lain. “Investasi yang terkait dengan bisnis pariwisata diperkirakan memberikan nilai tambah perekonomian DIY,” jelas dia.
Ketiga, sektor-sektor prospektif seperti konstruksi dan infokom, hotel perdagangan dan restoran serta industri pengolahan makan minum akan menjadi motor penggerak perekonomian Jogjakarta yang mengarah pada industri pariwisata yang berbasis komunitas. Keempat, faktor pembiayaan masih mempunyai ruang luas.
Kelima, dari sisi faktor pengeluaran Pemerintah Daerah, APBD DIY di 2017 memiliki daya serap yang cukup baik. Realisasi belanja DIY relatif lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi di wilayah Jawa. Keenam, pertumbuhan ekonomi DIY akan diakselerasi semakin meningkatnya digital ekonomi.
Dari enam faktor tersebut, perekonomian DIY ke depan memasuki environment dengan inflasi yang rendah pada kisaran 3±3,5%. Pertumbuhan ekonomi akan diakselerasi sektor pariwisata dan UMKM dengan trickle down effect serta dampak tular ke sektor lain.
“ Bank Indonesia meyakini bahwa perekonomian DIY diperkirakan akan tumbuh pada level 5,2-5,6 persen di tahun 2018 dengan dorongan konsumsi yang terus meningkat, diikuti dengan kemampuan investasi di sektor-sektor pendorong pariwisata. Akan lebih inklusif,” papar Budi .
Comments