STARJOGJA.COM,JOGJA–Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Arofa Noor Indriani mengatakan DIY tidak perlu beras impor, sebab produksi lokal masih mencukupi.
“Enggak perlu pemberitahuan ke Pemerintah Pusat [bahwa DIY tidak perlu beras impor], tapi stok kami masih ada,” ucap Arofa, Rabu (17/1/2018).
Ia merinci, selama 2017, produksi gabah kering giling sebanyak 890.000 ton. Jika dikonversi jadi beras, hasilnya sekitar 600.000 ton. Jumlah itu, menurutnya sangat cukup, sebab kebutuhan beras untuk rumah tangga dan nonrumah tangga di DIY hanya sebanyak 564.000 ton.
Namun, ia mengakui stok beras memang menipis akhir-akhir ini, tapi tetap cukup memenuhi kebutuhan. Lagi pula dalam waktu dekat panen raya akan tiba. Jadi semua akan aman kembali.
Berdasarkan hasil pendataan Dinas Pertanian DIY, luas tanam padi yang dilakukan sejak September hingga Desember 2017 kemarin mencapai 87.701 hektare (ha). Sekitar 76.765 ha diantaranya diperkirakan mengalami panen dalam kurun waktu Januari hingga Maret 2018 dengan total potensi produksi padi sebanyak 405.803 ton.
Arofa melanjutkan, saat harga beras melonjak cukup tinggi, pihaknya sudah melakukan operasi pasar dengan menjual beras seharga Rp8.800.
“Kami bisa menjual dengan harga murah karena memotong rantai distribusi. Gapoktan langsung beli gabah dari petani, kemudian digiling dan disalurkan ke Toko Tani Indonesia dan langsung dibeli konsumen,” tambahnya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Budi Wibowo mengatakan petani tidak perlu resah, sebab impor beras merupakan kebijakan Pemerintah Pusat. Sementara stok beras di DIY menurutnya masih aman. Ia yakin harga beras akan turun dengan sendirinya, karena panen akan terjadi.| I Ketut Sawitra Mustika/JIBI/Harian Jogja |
Comments